Bisa
berkumpul dengan keluarga pada saat momen lebaran atau Idul fitri merupakan
impian bagi
semua muslim di dunia. Namun
bagi sebagian orang yang terhalang keadaan , misalnya kerja, study ataupun hal
lainya akan melewati momen tersebut. Pun yang saya rasakan saat ini. Lebaran
kali ini merupakan pertama kalinya saya dan beberapa teman dari Indonesia tidak bisa berkumpul dengan keluarga di tanah
air. Kami menghabiskan beberapa bulan kedepan, termasuk dalam ramadhan dan idul
fitri ini di Negeri Gajah Putih atau biasa yang kita kenal dengan Negara Thailand.
Lebaran
di negara ini tentu berbeda dengan lebaran yang biasanya saya rasakan di
Indonesia. Diantaranya pada waktu Takbiran, Idul fitri dan tentu saja dengan
makanan kas lebaran yaitu ketupat. Ada apa dengan ketupat ? (hehehe..bukan ada apa dengan cinta?). check it out penjelasanya.
Takbiran.
Jika di Indonesia, khususnya di daerah dimana saya tinggal. Malam takbiran
merupakan malam yang sangat ramai dipenuhi oleh suara takbiran, kembang api (
bahkan petasan..hehe) dan suara instrument dari berbagai alat music tradisional
(kentongan kecil, galon, kaleng bekas dll). Di Thailand, khususnya di Yala, tempat
dimana saya merasakan momen Idul fitri. Suasana takbiran tentu saja berbeda,
sepi. Takbiran, ada. Petasan, ada. Namun, tetap saja tidak seramai di Indonesia.
Idul
Fitri. Baru kali ini saya merasakan sholat Ied di lapangan, tepatnya di
lapangan salah satu sekolah (meskipun di Indonesia juga ada ^_^). Setelah sholat Ied, kita akan bermaaf-maafan
dengan jamaah lain serta biasanya menanyakan kabar para tetangga yang baru kita
temui pada saat lebaran. Yang berbeda setelah para jamaah bermaaf-maafan dilanjutkan
dengan makan bersama menikmati beberapa jamuan yang telah disediakan,
dan diantara jamuan itu yang bisa saya dikenali hanya ketupat, es dan mie goreng. hehe
Dan
saatnya pembahasan tentang KETUPAT. Ketupat disini berbeda lho ( sempat terkejut melihat benyuknya), di Indo ketupat terbuat dari beras. Selain
ketupat biasanya ada juga “alu-alu (bahasa jawa)” yang terbuat dari
ketan. Di Thailand, ketupat terbuat dari ketan (ketan merah dan ketan putih)
dan berbentuk segitiga. Untuk alu-alu
terbuat dari ketan juga namun terdapat isi pisang di dalamnya. Cara menikmati
sajian ketupat tidak jauh berbeda.
Ketupat dinikmati dengan dicocolkan dengan sambal udang (saya sebut serundeng udang dan rasanya manis),
sayur daging (dengan kuah santan kental-berwarna merah) dan sayur udang.
Di
Indonesia, dimeja-meja ruang tamu
biasanya akan penuh dengan kue atau makanan yang beragam jenisnya serta
suara anak-anak atau tetangga yang saling berkunjung dan sangat terasa sekali suasana
Idul fitrinya. Di Thailand, tidak ada suasana tersebut, yang datang hanya
anggota keluarga yang datang tanpa tentangga disekitar rumah.
Itulah ragam perbedaan yang saya nikmati. Namun
begitulah, ada saatnya kita bisa berkumpul dan tidak dengan orang orang
yang kita cintai (keluarga). Akan banyak makna yang kita dapatkan dan tergantung bagaimana cara setiap orang menikmatinya. Untuk
para saudara yang di bulan syawal ini masih belum bisa berkumpul dengan sanak
keluarga, semoga diberikan kesabaran dan keberkahan disetiap aktivitas yang
dilakukan. Amiiin.
Terima kasih atas komentar dan masukkannya :)
EmoticonEmoticon