Tiga Rasa, Tiga Cerita, Antara Batak, Sunda dan Tionghoa

Tags

Siang itu disebuah sidang doktor yang saya ikuti. Istirahat sejenak menunggu keputusan yang dibacakan pimpinan sidang, untuk melulus - tidakkan sang promovenda (Pr) / promovendus (Lk)-(seseorang sarjana yang menyusun disertasi dan mempertahankannya untuk mendapatkan gelar doktor di sebuah perguruan tinggi-KBBI).

Kami, peserta, keluar ruangan, menikmati sajian coffee break.

Bajigur. Sebuah tulisan menempel di depan pot minuman yang disediakan. Penasaran, saya pun menuang jenis minuman ini dan menambahkan kolang-kaling sebagai isi pelengkapnya. Aroma manis tercium, semerbak, harum. Sering sekali mendengar jenis minuman ini, namun tidak pernah terbayangkan, apakah jenis makanan atau minuman.
Lontong Cap Go Meh

Sekilas tentang bajigur yang baru saya ketahui setelah berselancar ke sana kemari, bertamu kesatu artikel penjelas, satu resep minuman, satu artikel lagi. Dan saya, mendapatkan penjelasan singkatnya.

Bajigur merupakan minuman tradisional khas Sunda, menggunakan perpaduan  kopi, santan, gula aren, gula pasir, daun pandan (bisa juga diganti dengan vanili), garam sebagai pemberi rasa gurih dan irisan kolang-kaling, bisa saja ditambahkan dengan bahan pelengkap lainnya, seperti jahe, sesuai selera. Nikmat, dari bahan pembuatnya saja bisa sekilas kita banyangkan rasanya.  Apalagi dinikmati di tengah rintik-deras hujan diawal tahun ini. Minuman ini cocok dinikmati dengan makanan pelengkap pisang, ubi, jagung rebus, timus dan makanan lainnya sesuai selera. Penasaran, ingin coba?.

Makanan lainnya  yang tak kalah unik-namanya (menurut saya pribadi) adalah Lontong Cap Go Meh. Sekilas tentang Cap Go Meh yang saya ketahui, merupakan sebuah perayaan yang biasa dilakukan oleh masyarakat Tionghoa, bukan nama sebuah makanan. Meskipun, tentu saja disebuah perayaan pasti ada makanan khas dari acara tersebut. Dan salah satunya, lontong Cap Go Meh ini.

Dari tampilan luar, Lontong Cap Go Meh tidak jauh berbeda dengan lontong sayur berkuah santan. Namun, dari isian kuah sedikit berbeda. Makanan ini terdiri dari lontong sebagai bahan utama, kuah kental dari santan dan campuran berbagai rempah, telur rebus, irisan ati-ampela, kentang rebus, suwiran daging ayam, kerupuk dan tambahan pelengkap lainnya sesuai selera. Enak, gurih, mantap, apalagi dinikmati saat lapar.

Menikmati satu gelas bajigur dan lontong Cap Go Meh di dalam ruangan. Mengecap makanan perlahan, menyesap minuman, menunggu. Rombongan dosen penguji dan pembimbing akhirnya memasuki ruangan. Membacakan keputusan kelulusan, memberikan ucapan selamat, dan yang terakhir sambutan dari Promovendus. Sidang selesai, diakhiri dengan tepuk tangan dari para peserta. Di iringi dengan musik khas Batak, tak tahu apa namanya, perwakilan dari Promovenda menyematkan kain Ulos kepada satu persatu dosen pembimbing.

Kembali saya penasaran. Kain Ulos, apa itu? Yang saya tahu hanya kain tenun atau semacamnya-lah. Kembali saya mendatangi dunia maya untuk mencari kepastian, dan inilah penjelasan singkatnya.
Kain Ulos. Pict by Simarmata.co.id

Ulos adalah kain tenun khas Batak berbentuk selendang, memiliki arti selimut yang menghangatkan tubuh dari udara dingin. Setiap kain Ulos memiliki makna yang berbeda, digunakan pada acara adat yang berbeda, diberikan kepada siapa, dan makna yang berbeda lainnya. Dahulu, kain Ulos hanya diberikan kepada sesama orang  Batak. Namun, sejalan dengan waktu, kini kain Ulos juga bisa diberikan kepada orang lain 'non-Batak'. Seperti saat ini yang dilakukan oleh Promovendus, sebagai salah satu ungkapan terima kasih untuk bantuan para dosen pembimbing. Layaknya pepatah bijak orang Batak 'Ijuk pangihot ni hodong, Ulos pangihot holong' , yang memiliki arti  'Jika ijuk adalah pengikat pelepah dan batangnya, maka Ulos adalah pengikat kasih sayang antar manusia'.

2 comments:

  1. Nice,.. Tingkatkan hobynya,. Nulislah tntang Magister (M
    Si) beackpeaker heheheh

    ReplyDelete
    Replies
    1. Terima kasih untuk masukkannya 😊

      Delete

Terima kasih atas komentar dan masukkannya :)
EmoticonEmoticon