Bagaimana teman-teman, masih lancarkah puasanya? 15 hari sudah ramadan berlalu, sudah setengah jalan. Waktu terasa begitu cepat saat bulan ramadan ini. Baru sholat dhuhur tiba-tiba magrib datang, kemudian sholat tarawih menyapa. Berbicara tentang sholat tarawih, di Indonesia sendiri pelaksanaanya beragam, ada yang 11 rakaat dan 23 rakaat. Ada yang durasinya lama, sedang, dan super cepat.
Cerita berikut merupakan apa yang saya rasakan saat dua hari lalu mencoba beralih masjid untuk sholat tarawih. Cerita ini hanya untuk berbagi tentang pengalaman yang saya rasakan, bukan untuk menjatuhkan pelaksanaan sholat di masjid tersebut. Ini murni dari pandangan saya pribadi tentang apa yang saya rasakan
Masjid Pertama
Saat bulan puasa ini, saya bersama dengan seorang teman mencoba pindah-pindah masjid saat sholat tarawih. Selama kurang lebih13 hari kami sholat di tiga masjid yang berbeda dan kemudian kami merasa harus explore bagaimana susana sholat tarawih di lokasi lain. Pada hari ke-14 & 15 mulailah kami melaksanakan misi ini :D.
![]() |
Hampir mirip dengan Kubah Masjid Emas di Depok |
Ini pertama kalinya bagi kami sholat di masjid ini. Bangunan masjid sangat mewah menurut saya. Langit-langit atau kubah masjid terlihat indah dengan kaligrafi dan ornamen lain yang menambah keindahan masjid. Didominasi dengan warna emas, membuat masjid terlihat luxury.
Setelah selesai sholat magrib, kami memutuskan untuk lanjut sholat tarawih sekalian. Dan the surprise is comming :D. Lama sudah saya tidak merasakan vibe sholat tarawih seperti layaknya di kampung halaman saya. Sebelum sholat dimulai, dibacakan terlebih dahulu sholawat dan doa lainnya. Sholat dilakukan sebanyak 23 rakaat.
Melaksanakan sholat 23 rakaat akan terasa nikmat jika dilakukan dengan tuma'ninah. Namun, saya belum bisa mengikuti speed sholat tarawih di masjid ini. Belum selesai bacaan alfatihah, imam sudah rukuk, belum selesai doa duduk diantara dua sujud, imam sudah sujud, belum selesai tahiyat dibaca, imam sudah memulai takbiratul ihram memulai rakaat baru. Gusti.
Hal ini lah yang membuat sholat yang saya lakukan seperti roller coaster, atau mungkin bisa diibaratkan seperti naik kereta super cepat Shinkansen. Cepat, ekspres. Kami yang masih muda :D merasa kewalahan mengikuti ritme ini, bagaimana dengan para sesepuh yang juga ikut dalam sholat tarawih ini? Who knows?
Masjid Kedua
Berbeda 180°C dengan masjid pertama, masjid kedua ini jika diibaratkan berkedara motor roda dua dengan kecepatan 20 km/jam, lebih pelan. Pada masjid kedua ini, sholat tarawih dilakukan sebanyak 11 rakaat. Sang imam memimpin sholat sesuai dengan speed yang biasa beliau lakukan. Kami saja (khususnya saya) yang belum terbiasa.
Buka panjangnya surah yang dibaca, namun tempo dari surah tersebut saat dibacakan yang menjadikan saya mengantuk (maafkan :( ). Waktu terasa sangat lama. Mencoba menghadirkan fokus, namun hanya bisa beberapa saat (kurang terlatih). Di wilayah lain di Indonesia bahkan ada yang melaksanakan sholat tarawih selama 8 jam. Jadi kesimpulan untuk mengatakan bahwa sholat di masjid ini lebih pelan hanya berdasarkan pandangan subjektif saya sendiri.
Tidak ada yang salah dari kedua masjid tersebut. Dari keduanya saya bisa sedikit menyimpulkan bahwa setiap masjid memiliki karakteristik yang berbeda. Ada yang cepat, lambat, dan super cepat. Dan bisa saja kriteria ini berbeda untuk setiap orang. Bagi saya mungkin terlalu cepat, namun bagi mereka itu biasa saja. Bagi saya itu lambat, mungkin bagi mereka itulah kecepatan yang seharusnya.
Maka untuk mengembalikan khusyuk, setelah selesai sholat tarawih dan saat perjalanan kembali ke kost, saya 'ngobrol' dengan teman yang saya boceng 'besok kita sholat di masjid A lagi ya' :D. Ending dari explore masjid yang kita lakukan.
Kalau kamu, bagimana sholat tarawih yang kamu lakukan? Bisa sharing di kolom komentar ya :D
#Tulisan berikut menjadi bagian dari BPN 30 Day Ramadan Blog Challenge 2022 yang diselenggarakan oleh Blogger Perempuan Network
Terima kasih atas komentar dan masukkannya :)
EmoticonEmoticon